Lihat Kartu Ucapan Lainnya (KapanLagi.com)

Senin, 10 November 2008

ISLAM JUGA CINTA PENGETAHUAN

Dalam periodisasi Islam, masa pemerintahn Khilafah Abu Jafar Mansyur (755-758), Harun al-Rasyid (170-193H/786-809), Al Makmun (813-833), dari dinasti Abbasyiah yang berpusat di Baghdad, menjadi masa yang paling penting dalam sejarah intelektual Islam. Pada masa itulah dimulai penerjemahan karya-karya klasik dari para filosof Yunani, yamg sempat terkubur baeabad-abad lamanya. Karya-karya Aristoteles, Galen, Phythagoras, plato dll mulai digali kembali.
Para sarjana Islam yang didukung para kholifah berusaha menerjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya tersebut sehingga lahirlah ilmu-ilmu baru. Selain itu merekapun menerjemahkan buku-buku Siddhantai (ilmu perbintangan) dan Hipotedesa (fable, kisah-kisah tentang binatang) dari India, juga buku-buku dari Persia dan Siria.
Untuk keperluan ini, kholifah Harun al Rasyid mendirikan lembaga ilmu pengetahuan bernama Bitul hikmah, dan dikenal juga sebagai Khazanatul Hikmah dan Daarul hikmah. Lembaga ii mencapai puncak kemajuan pada masa pemerintahan Khalifah al Makmun bin Harun al Rasyid (198-218H/813-833M). Baitul Hikmah merupakan perguruan tinggi Islam pertama, gabungan dari perpustakaan umum, akademi, balai penerjemahan, dan observatorium.
Lembaga ini dapat dikatakan sebagai perguruan tinggi terpenting sejak perguruan tinggi yang didirikan di Alexandria, Mesir pada abad ke-3. Disinilah para ulama dan intelektual Islam bisa berpuas diri menimba ilmu. Ia merupakan perpustakaan yang pertama sekali di dunia Islam.
Lembaga ini menjadi pusat kajian ilmu kedokteran, filsafah, hikmah dan lain-lain. Selain Baitul hikmah, bermunculan pula lembaga-lembaga study lainnya, diantaranya Majelis al-Munazarah, sebuah lembaga pengkajian keagamaan yang dilakukan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana Khalifah. Majelis ini mencapai puncak perkembangannya pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun.
Pada masa pemerintahan ketigs khslifah ini, semangat umat islam menuntut ilmu begitu besar. “Virus” membaca tidak hanya menjangkit para ilmuwan, tetapi juga para pembesar dan rakyat kebanyakan. Pada waktu itu, buku adalah barang yang sangat dicari, dan perpustakaan menjadi tempat paling mengasyikkan. Penghargaan masyarakat terhadap keduannya diungkapkan oleh seorang pujangga Arab terkenal, al-Mutanabbi:
Tempat duduk yang paling mulia di dunia inilah adalah pelana kuda. Dan teman yang paling baik Sepanjang zaman adalah buku.
Oleh karena tidak mengherankan apabila dunia Islam, khususnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan, menjadi inti peradaban dunia.
Setiap hari, perpustakaan dan pusat-pusat pendidikan penuh sesak dengan pengunjung yang haus ilmu pengetahuan. Setiap kali terbit buku baru, hamper semua masyarakat antusias membaca dan mempelajarinya. Buku sudah menjadi perhiasan rumah,dan hadirnya perpustakaan menjadi suatu keharusan karena penghuninya akan menjadi orang yang dihormati dan dimuliakan.
Kondisi ii menyebabkan kemajuan intelektual berjalan dengan sangat cepat dan mengagumkan.
Keadaan ini terus berlangsung hingga beberapa ratus tahun lamanya.
Parpenguasa dengan giat membangun pusat-pusat study dan perpustakaan disemua wilayah kekuasaanya. Sebagai contoh pada abad ke-10, Najaf- Sebuah kota kecil di Irak, telah memuliki 400.000 buku. Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin at-Tousi, memiliki sekitar 400.000 koleksi buku. Di dunia islam sebelah Barat, yaitu di Spanyol, Khalifah al-Hakim dari Cordoba dapat membanggakan diri pada abad ke-10 karena memiliki perpustakaan pribadi yang berisi 400.000 buku. Sementara empat abad sesudah itu, raja Prancis, Charles yang bijaksana (artinya: yang pandai) hanya memiliki koleksi 900 buah buku. Tapi tiadak ada yang dapat menyaingi “kegialaan” Khalifah al-Aziz di Kairo, yang memiliki sekitar 1.600.000 buah buku di perpustakaan, diantaranya 16.000 buah tentang Matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Sebagai penutup, ada sebuah kutipan kata-kata yang biasanya terpampang pada pintu gerbang Universitas-Universitas yang ada di dunia Islam pada Abad Pertangahan. “Dunia hanya disangga oleh empat perkara, yaitu kearifan orang yang arif, keadilan orang-orang besar, do’a orang-orang yang sholih dan keberanian orang yang berani”.

Tidak ada komentar: